…..memanfaatkan potensi alam

Warta Bambu

Pohon Bambu Yang Serba Guna

indosiar.com, Jakarta – Di Indonesia yang kaya raya akan tanaman dan pohon-pohon jika bisa memanfaatkan dengan baik dan benar akan dapat menghasilkan uang. Asalkan tidak menganggu ekosistem alam yang saat ini sudah semakin tidak dirawat. Misalnya tanaman atau pohon yang akan ditebang harus sudah ada pengganti tanaman yang baru atau reboisasi.

Pohon bambu misalnya, tumbuhan yang tumbuh secara berumpun ini, sepertinya memang diciptakan untuk memiliki banyak kegunaan yang tidak ada habisnya. Bambu atau istilah orang Jawa disebut pring, sebagian dimanfaatkan oleh penduduk untuk membuat berbagai kerajinan rumah tangga dan sebagian lagi dijual dalam bentuk gelondongan.

Tanaman serba guna ini sejak lama, secara turun temurun dijadikan sandaran hidup penduduk di Desa Bendungan, Wates, Kulon Progo, Yogyakarta. Di desa tersebut banyak terdapat tamanan bambu yang tumbuh di setiap belakang pekarangan rumah warga. Di daerah Kulong Progro misalnya, disana banyak terdapat macam-macam kerajinan yang terbuat dari bambu. Karena memang bambu ini adalah serba guna.

Sebagian orang Jawa Tengah, bambu dimanfaatkan sebagai atap rumah. Namun agar tahan lama, bambu sebelum digunakan terlebih dulu di rendam dalam air hingga 1 bulan. Dengan demikian, bambu bisa bertahan hingga puluhan tahun. Macam-macam produk unggulan kerajinan anyaman bambu berupa : caping, tampah, gedeg (anyaman bambu) topi, baki, saringan kap lampu, tempat tissue, tempat buah, sangkar ayam dan burung, tempat koran serta macam-macam souvenir dari bambu lainnya.

Harganya pun sangat bervareasi berkisar antara Rp 5.000 sampai Rp 250.000 perbiji, tergantung dengan jenis bambu yang digunakan serta model dan ukuran. Sedangkan meja kursi untuk satu set dengan harganya mencapai Rp. 750.000. Biasanya para pengrajin di daerah Kulon Progro menggunakan berbagai jenis bambu untuk membuat kerajinannya. Jenis bambu yang digunakan itu antara lain bambu apus, wulung, petung, ampel dan cendani.

Bambu wulung misalnya, bambu ini berbeda dengan bambu-bambu yang ada. Karena pohonnya yang besar dan kuat serta memiliki warna unggu, tunas bambu muda atau yang baru tumbuh bisa di masak sebagai sayur. Untuk wilayah nasional pemasaran kerajinan daerah Kulon progro sudah mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Bali.

Sementara di daerah Brebes, Banyumas, Jawa Tengah, tumbuhan bambu sangat banyak manfaatnya. Diantaranya bambu di buat sebagai alat musik tradisional. Antara lain angklung, seruling, kentongan, yang suaranya bisa menyejukan jiwa. Bambu adalah sebagai salah satu material untuk industri kerajinan, alat musik yang bunyinya khas atau senjata legendaris para pejuang kemerdekaan Indonesia. Bambu telah mendampingi hidup kita dengan setia, menyertakan dirinya dengan ikhlas, tapi kita hampir tidak memperhatikan, bahkan mungkin melupakannnya.

Dengan mengacu pada kelengkapan peralatan musik Tradisional Jawa, gamelan, lengkap dengan nada dan notasinya, mereka memulai eksperimennya dengan bambu. Karena acuannya adalah peralatan gamelan, maka bambu–bambu tersebut dibuat sedemikian rupa, hingga bila dimainkan, nada yang keluar sama dengan peralatan tetabuhan yang ada dalam seperangkat gamelan, seperti Kendang, Bonang, atau Kethuk.

Ide awal musik bambu ini, berawal dari aktifitas siskamling, yang dilakukan warga Banyumas. Suara kentongan yang bersahutan, membuat warga berpikir alangkah bagusnya jika suara yang keluar lebih berirama. Proses ini membutuhkan kepekaan rasa dan ketajaman pendengaran yang tinggi. Untuk yang kesekian puluh kalinya, Orkes Bambu Suling Mas kembali mempertontonkan kebolehannya dihadapan khalayak ramai. Karena selain rutin mengisi acara di salah satu radio pemerintah, mereka juga sering diundang tampil di berbagai acara.

Murah meriah, bersahaja, sederhana, namun tetap bermakna. Itulah alasan mengapa bambu yang menjadi pilihan utama bagi Paguyuban Orkes Bambu Suling Mas, yang beranggotakan kurang lebih 20 orang. Sejak awal berdirinya, tahun 1988 lalu, alat–alat mereka masih terpelihara dengan baik, walaupun seiring berjalannya waktu, beberapa alat pernah mengalami perbaikan. Sebuah karya sederhana, yang patut mendapatkan penghargaan tinggi.

Tinggalkan komentar